artikel mahabah

                                        Mahabbah
Hasil gambar untuk gambar love


           Mahabbah menurut bahasa berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan yang artinya mencintai secara mendalam atau kecintaannya secara mendalam, sedangkan mahabbah menurut istilah suatu     keadaan jiwa yang mulia dimana disaksikan oleh Allah SWT, dan menyatakan kecintaannya terhadap Allah SWT, tujuan mahabbah untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun spiritual seperti cintannya seseorang yang dicintainya seperti cinta terhadap orang tua, seseorang pada sahabatnya, suatu bangsa pada tanah airnya, seorang orang tua terhadap anaknnya. Mahabbah pada tingkat tertinngi berupa suatu usaha sungguh-sungguh dari  seseorang untuk mencapai tinggkat rohanian tertinngi dengan tercapai gambaran yang mutlak,  yaitu cinta kepada Allah SWT, kata mahabbah selanjutnya digunakan untuk menunjukan pada suatu paham atau aliran dalam ilmu tasawuf yaitu objek utamanya terhadap Allah SWT.
Mahabbah adalah kecintaannya terhadap Allah tanpa meminta sesutu yang bersifat duniawi jadi kecintaannya terhadapa Allah benar-benar cinta, seperti halnnya Robiatul Adawiayah seorang wanita yang kesehariannya hannya untuk mencintai Allah dia menganggap cinta terhadap Allah adalah tingkatan ibadah  yang paling tinggi didalam hati Robiatul Adawiyah seluruh jiwannya tidak ada yang lain selain terisi oleh kasih dan cintanya kepada Allah SWT, kata mahabbah hampir serupa dengan ma’rifah baik dari kedudukannya maupun pengertiannya. Kalau ma’rifah adalah tingkat pengetahuan terhadap Tuhan melalui mata hati, sedangkan mahabbah adalah perasaan kedekatan terhadap Allah melalui cinta ( roh ) seluruh jiwanya terisi oleh rasa kasih dan cinta kepada Allah jadi ma’rifatah menekankan pada hati sedangkan mahabbah menekankan pada jiwa atau roh, selain itu mahabbah juga memuat pengertian sebagi berikut:
a.       Memeluk dan mematuhi perintah Tuhan dan membenci sikap yang melawan pada Tuhan.
b.      Berserah diri terhadap Tuhan.
c.       Mengosongkan perasaan di hati dari segala-segalanya kecuali dari Zat yang dikasihani.

A.    Alat Untuk Mencapai Mahabbah
Untuk mendekati mahabbah perlu menggunakan pendekatan psikologi, yaitu pendekatan yang melihat adanya potensi rohaniah yang ada pada diri manusia, untuk bisa mengetahui mahabbah terhadap diri kita, kita harus mengetahui ma’rifah terlebih dahulu yaitu dengan menyakini Tuhan di dalam hati. Alat untuk mengetahui ma’rifah disebut sir, dalam diri manusia ada tiga alat untuk mencapai mahabbah pertama Al-qolbu hati sanubari yaitu alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan. Kedua, roh alat untuk mencapai Tuhan, ketiga, sir yaitu alat untuk melihat Tuhan, sir lebih halus daripada roh dan roh terdapat diqlb, dengan begitu alat untuk mencintai Allah itu adalah roh yaitu roh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat, roh itu digunakan untuk mencintai Allah dan telah dianugrahkan kepada manusia semenjak umur empat bualan.
Mahabbah itu terjadi jika roh dalam hatinya sudah dikosongkan dan dibersihkan dari perbuatan maksiat sampai seseorang tersebut bisa merasakan dalam jiwanya sudah mencintai Allah SWT, dalam hadish riwayat menjelaskan bahwa ruh diciptakan untuk manusia “ sesungguhnya manusia dilakukan penciptaannya dalam kandungan ibunya, selama empat puluh hari dalam bentuk nutfah ( segempal darah ), kemudian menjadi alaqah ( segumpal daging yang menempel ) pada waktu empat puluh hari, kemudian Allah mengutus malaikat untuk menghembus roh kepadanya ( HR.Muslim ).
B.   Doktrin-Doktri Mahabbah
Dalam ilmu tasawuf, konsep cinta ( mahabbah ) lebih dimaksudkan dalam bentuk cinta kepada Tuhan. Meski demikian, cinta kepada Tuhan juga melahirkan bentuk kasih sayang kepada sesama, bahkan kepada seluruh alam semesta. Cinta adalah sesuatu kecendrungan terhadap sesuatu yang memberikan manfaat, apabila kecendrungan itu mendalam dan menguat maka itu dinamankan rindu. Sedangkan sebaliknya, benci adalah kecendrungan untuk menghindari itu mendalam dan menguat, maka ia dinamakan dendam.
Menurut Abu Yazid al- Busthami mengatakan bahwa cinta adalah menganggap sedikit milikmu yang sedikit dan menganngap banyak milik Dzat yang kau cintai. tindak-tanduk kedurhakaan. Bagi al-Junaid cinta adalah kecendrungan hati artinya kecendrungan hti seseorang kepada Allah dan segala milik-Nya tanpa rasa bebann yang dimaksud cinta sejati itu adalah cinta kepada Allah SWT. Menurut al-Ghazali, cinta kepada Allah ( mahabbah ) merupakan tingkatan ( maqam ) puncak dari tingkatan dalam tasawuf. Tak ada lagi tingkatan dalam mahabbah selain hanya sekedar efek sampingnya saja, seperti rindu ( syauq ), mesra ( uns ), dan sifat-sifat lain yang serupa.


Post a Comment

0 Comments