MAKALAH
“ AMERU AL-QAYS"
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah TARIH ADAB
![]() |
Disusun Oleh:
Nama : Asmaul Husna
Kelas
: BSA B/II
NIM
: 143600284
J URUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS USHULUDIN DAKWAH DAN ADAB
INSITUT AGAMA NEGERI ISLAM MAULANA
HASANUDIN
BANTEN TAHUN AJARAN 2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam senantisa tercurah
pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya dapat lebih baik. Harapan kami, semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kami pada khususnya dan reka-rekan,pada,umumnya saya ucapakan terimakasih.,
Serang,
13 Mei 2015
Penulis
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang
Sastra arab adalah hasil kebudayaan bangsa asia barat yang telah berumur
ribuan tahun, dari dulu hingga sekarang bahasa arab terus mengalami
perkembangan yang cukup signifikan bahkan keberadaannya sekarang bisa menyaingi
sastra-sastra yang ada didunia. Kenyataan itu dibuktikan dengan penerimaan
penghargaan nobel yang diterima oleh Najib Mahfiud pada tahun 1988. Sastra arab
mempunyai peranan penting dalam perkenbangan kebudayaan khususnya di kawasan
timur tengah (asia barat). Pada zaman arab klasik, sastra merupakan alat
kebanggaan bagi setiap warga arab, orang merasa bangga ketika bisa menghasilkan
sebuah karya sastra yang nantinya diikutlombakan dikota-kota, dan barang siapa
yang karyanya bagus nantinya akan di pajang di dinding ka’bah dengan tinta emas
dan itu menjadi suatu kebangga bagi setiap orang yang menerimanya sehingga
orang akan berlomba-lomba untuk mmbuat karya sastra, bahkan sudah menjadi
kebiasaan orang datang kepasar-pasar itu hanya untuk mendengarkan
dongeng-dongeng ataupun syair-syair dari para sastra yang mereka bacakan
dipasar-pasar. Pada abad ke enam masehi datanglah islam yang dimotori oleh nabi
Muhammad SAW dengan membawa kitab suci Al-Qur’an yang merupakan kitab yang
memiliki nilai sastra yang sangat tinggi. Kedatangan nabi ini membawa perubahan
yang sangat besar terhadap kebudayaan arab tidak terkecuali sastra yang menjadi
hobi bagi masyarakat arab
B.
Rumusan Masalah
1.
Dapat
menjelaskan biografi
Ameru Al-Qais ?
2.
Mengetahui
sejarah karya Ameru Al-Qais ?
3.
Dapat
Mengetahui karya dari Ameru Al-Qais ?
C.
Tujuan
Makalah ini dibuat supaya mahasiswa bisa mengetahui pengertian
ushul fiqh dan objek kajian ushul fiqh untuk memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa dalam mencari ilmu dan sebagai
bahan referensi dalam belajar
D.
Manfaat
Memberikan
pengetahuan bagi pemakalah pada khususnya dan mahasiswa pada umumnya agar memiliki
wawasan yang luas dan pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
BIOGRAFI
AMERU AL-QAYS (امريءاليس (
Imru'u
al Quais, Ibn Hujr Al-Kindi atau yang
biasa kita sebut Ameru Al-Qays adalah seorang penyair Arab abad ke 6 seoarang
pengarang muqallat antologi para islam bahasa arab kesusastraan dia adalah anak
laki-laki dari dari Hujr raja terakhir
kaidar Ameru Al-Qays yang berkuasa di Yaman dilahirkan sekitas tahun 501 dan
meninggal pada tahun 544 ibunya bernama Fatmah Bin’t Rabia’ah dia
mempunyai saudara perempuan bernama kulib dan Al-Muhalhl mereka adalah sosok
pemimpin yang terkenal di Arab. Ameru AL-Qays dijuluki dengan sebutan Imru
Al-Qais bint Aban teman teman akrab dari pamannya Al-Muahalhl.
Meskipun dia
dibesarkan dalam kemewahan sebagai bagain dari anak seorang raja, dia juga
menderita karena dia diasingkan dari kekuasaan setelah pembunuhan ayahnya. Oleh
sebab itu orang Arab menamainya Al malek al delleel atau Raja
Bayangan. Dia juga gemar menulis puisi cinta, dan diperkirakan sebagai
pencipat Qasida, atau Ode bahasa Arab klasik.Dia diperkirakan dibunuh
oleh Emperor
Justinian I, yang
mengiriminya sehelai mantel yang diracuni, ketika emperor tahu bahwa al-Qays
mempunyai hubungan dengan seorang puteri di istananya. Puisinya disimpan di The Divans Wilhelm Ahlwardt
yaitu berupa enam puisi Arab kuno (London, 1870), dan sudah diterbitkan secara
terpisah pada Le Diwan d'Amro'lkats William McGuckin de Slane (Paris,
1837); dan juga dalam versi Jerman dengan catatan di Amrilkais Friedrich
Rückert der Dichter und König (Stuttgart, 1843)
Amrul Qais Umrul Qais adalah penyair
arab jahili yang hidup pada 150 tahun sebelum hijrah. Jululukannya Al-Malik Ad
Dhalil (raja dari segala raja penyair), penyair ini berasal dari suku Kindah
yang pernah berkuasa penuh di Yaman. karena itu penyair ini dikenal dengan
penyair Yaman (Hadramaut). Syamsuddin dan Hambali (1993: 200) mengatakan dia
merupakan penyair yang pertama kali memperindah makna lantunan syair serta
memakai bahr tiwaal begitu juga dia yang pertama kali mensifati wanita dengan
pedang, banteng, dan telur yang terpelihara. Umrul qais seorang anak raja Yaman
bernama Hujur Al-Kindy, Ibunya Fatimah binti Rabia’ah. Segi penyair ini sangat
berpengaruh dalam kepribadian penyair ini, ia dibesarkan di Nejed dengan
kehidupan dunia yang melimpah dan dalam lingkungan keluarga yang suka
berfoya-foya. Kebiasaan buruknya penyair ini sering mabuk-mabukan, bermain
cinta dan melupakan kewajibannya sebagai putra mahkota yang seharusnya mawas
diri dan melatih diri memimpin masyarakat karena peringainya buruk ayahnya
sering memarahinya dan akhirnya ia dibuang, diusir oleh ayahnya dari Istana.
Selama dalam pembuangan penyair ini mengembara kesegala penjuru jazirah Arab
dan kelak pengembaraan inilah yang membawa pengaruh kuat dalam syairnya, karena
dari pengalaman pengembaraan seluas itulah ia mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman baru baginya. Umrul Qais bergabung bersama orang-orang Badui, orang
Badui ini sangat senang bergabung dengan Umrul Qais karena ia banyak harta dan
pendukungnya.
Ketika Umrul Qais sedang asyik berfoya foya,
tiba-tiba datang kabar kematian ayahnya terbunuh ditangan Kabilah bani Asaf
yang sedang memberontak kepada kekuasaan ayahnya. Kematian ayahnya itu menuntut
Umrul Qais untuk kembali ke Nejed agar dapat membalas kematian orang tuanya.
Panggilan itu tidak disambut baik oleh Umrul Qais, bahkan dengan sambil
bermalas-malasan ia berkata: “dulu semasa kecilku aku dibuang, kini setelah
dewasa aku debebani oleh darahnya, biarkan saja urusn itu, sekarang adalah
waktunya untuk mabuk-mabukan dan besok untuk menuntut darahnya. Namun tak lama
kemudian penyair ini berangkat menuju ke Nejed untuk menuntut balas kematiaan
orang tuanya. Untuk melaksankan niatnya itu Umrul Qais terpaksa meminta
bantuaan ke kabilah-kabilah Arab yang berada disekitarnya. Sehingga pertempuran
ini berkecanuk lama dan akhirnya ia terdesak, melarikan diri menuju kekerajaan
Romawi Timur (Bizantium) di Turki. Di tengah perjalanan penyair itu terbunuh
oleh musuhnya dan dimakam kan di kota Angkara Turk
SEJARAH KARYA AMERU AL-QISH
Puisi atau yang dikenal dalam bahasa Arab dengan asy-syi`ru
mempunyai arti perkataan yang jelas, indah dan berirama serta di dalamnya
sering menggunakan unsur khayal. Pengarang puisi disebut dengan penyair.
Dan salah satu penyair terbaik yang lahir dari jazirah Arab dan telah
menciptakan puisi-puisi yang indah dan berirama adalah penyair Yaman yang hidup
pada masa jahiliyah yaitu Abu Al-Harits Hunduj ibn Hujur Al-Kindy atau yang
lebih dikenal dengan Amr’ Al- Qais. Penyair ini berasal
dari Yaman (Hadramaut), berasal dari salah satu suku yang pernah berkuasa di
Yaman yaitu suku Kindah. Kakeknya Al-Harits adalah seorang raja yang memerintah
wilayah al-Qusaim sampai Syam (Syiria). Sedangkan ayahnya bernama Hujur
Al-Kindy yang merupakan seorang Raja dari kabilah Bani Asad di Yaman. Ibunya
Fatimah binti Rabi’ah. Ia dibesarkan di Nejed dengan kehidupan dunia yang
melimpah dan dalam lingkungan keluarga yang suka berfoya-foya. Syair-syair
Amr’ Al- Qais banyak menyandarkan pada kekuatan daya khayal. Sehingga
sebagian besar para penyair arab menjulukinya dengan Al-Malik Ad Dhalil
(raja dari segala raja penyair). Amr’ Al- Qais dianggap orang pertama yang
menciptakan cara menarik perhatian dengan cara mengajak orang untuk berhenti
pada puing reruntuhan bekas rumah kekasihnya (tempat yang berhubungan dengan
kisah cinta) sekedar mengenang masa indah yang telah berlalu akan cintanya.
Keistimewaan dan keindahan kata-kata yang digunakan dalam
kumpulan puisi (diwan) Amr’ Al- Qais tersebut berada dalam ruang lingkup
bahasan ilmu balâghah. Balâghah adalah ilmu yang memfokuskan pada
pengolahan makna yang tinggi dan jelas, dengan disertai ungkapan yang
benar dan fashih dari pembicara yang kemudian memberikan kesan yang
mendalam di dalam jiwa dan sesuai dengan situasi dan kondisi orang-orang
yang diajak bicara. Ilmu Balâghah terbagi atas tiga ilmu kajian, yaitu; ilmu
ma’âni, ilmu bayân, dan ilmu badi’. Ilmu Bayân
merupakan seni pengungkapan makna dengan berbagai gaya ekspresi yang indah. Ilmu
Ma’ani adalah ilmu yang membahas tentang kesesuaian ujaran atau ungkapan
dengan muqtadhal al-hal (situasi dan kondisi) lawan bicara (komunikan). Ilmu
Badi’ yang membahas keindahan ungkapan bahasa setelah diekspresikan dengan
gaya bahasa yang indah dan disesuaikan dengan konteks wacana. Puisi-puisi Amr’
Al- Qais pada qàfiyah
al-Bâ sampai ar-Râ penuh dengan
daya khayal yang kemudian menjadikannya indah dari segi makna, maka
cabang ilmu balagah yang membahas akan hal demikian adalah ilmu badi’
yaitu al-muhassināt al-ma’nawiyah. Al-muhassināt al-ma’nawiyah ini
berfokuskan pada cara untuk memperindah dalam segi makna Adapun alasan akademik
yang mendorong dilakukannya penelitian dengan pendekatan ilmu badi’
dalam qàfiyah
al-Bâ sampai ar-Râ pada diwan
Amr’ Al- Qais adalah sebagai berikut:
1. Pertama, diwan ini
terlahir dari tangan kreatif seorang yang mempunyai julukan Al-Malik Ad
Dhalil (raja dari segala raja penyair).
2. Kedua, isi syairnya menunjukan
kelihaian penyair ini dalam menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa dengan
gayanya yang khas sehingga bayangan yang ada seperti benar-benar terjadi.
3. Ketiga, isi dari qàfiyah al-Bâ sampai ar-Râ diwan
Amr’ Al- Qais tersebut banyak sekali menggunakan kata-kata yang indah,
mempesona, dan mengandung banyak hikmah untuk kita sebagai bekal mengarungi
hidup ini. Dan salah satu bait syairnya yang bisa menjadi hikmah, adalah :
وإنك لم يفخر عليك كفاخر ¤ ضعيف ولم يغلبك مثل
مغلّب
"Sesungguhnya kamu tidak akan
dibanggakan sebagai orang lemah kamu tidak akan dikalahkan oleh orang yang
berkali-kali kalah".
Berdasarkan penjelasan di atas, alasan pemlihan objek kajian
ini dapat disederhanakan sebagai berikut: (a) isi pokok diwan tersebut
banyak yang mengandung daya khayal yang tinggi dan banyak pula
untaian bait puisi yang mengandug hikmah di dalamnya; (b) penggunaan al-muhassināt
al-ma’nawiyah pada qàfiyah al-Bâ
ila ar-Râ diwan tersebut
pasti memiliki makna tertentu dan ada tujuan dalam struktur kalimatnya terhadap
makna itu, dan makna tersebut sangat dipengaruhi oleh gaya bahasa; dan (c) qàfiyah al-Bâ ila ar-Râ diwan Amr’ Al- Qais
ini menggunakan bahasa yang lugas dan mudah untuk dipahami, sehingga memudahkan
penelitian dan dapat dijadikan pijakan awal oleh peneliti untuk melanjutkan
penelitian dengan menggunakan pendekatan ilmu balāghah, sehingga
keindahan dan keistimewaan qàfiyah al-Bâ
ila ar-Râ diwan
ini dari aspek maknanya dapat dibuktikan, diterima, dan diperkuat kebenarannya.
CONTOH PUISI KARYA AMERU AL-QISH
Pada kekuatan daya khayalnya dan pengalaman dalam pengembaraannya. Bahasa
yang digunakan sangat tinggi dan isinya padat. Bait-bait puisinya menggambarkan
cerita yang panjang, satu bait puisinya memiliki tujuan yang sangat banyak. Ia
juga dianggap sebagai orang pertama yang menciptakan cara menarik perhatian
dengan cara istikafus-Shahby (yaitu cara mengajak orang untuk berhenti pada
puing reruntuhan bekas rumah kekasihnya, hanya untuk sekedar mengenang masa
percintaan), cara seperti ini sangat menarik bila digunakan dalam puisi ghazal
(cara untuk merayu wanita).
Di bawah ini merupakan contoh puisi Umru' al-Qais dalam bab Ghazal yang menceritakan perjalanan bersama kekasihnya yang bernama Unaizah, seperti di bawah ini:
Di bawah ini merupakan contoh puisi Umru' al-Qais dalam bab Ghazal yang menceritakan perjalanan bersama kekasihnya yang bernama Unaizah, seperti di bawah ini:
“ Suatu hari ketika akau
sedang masuk ke dalam Haudat kekasihnya Unaizah, maka Unaizah berkata kepadaku:
“ Celakalah kamu, jangan kamu beratkan untukku”. Ketika punggung untannya agak
condong ke bawah ( karena berat ), maka ia berkata kepadaku: “ Turunlah hai Umru al-Qais, janganlah kamu
jalan untukku ini “ disaat itu, kukatakan kepadanya: “ Teruskanlah perjalananmu
dan lepaskannya tali kekangnya, janganlah engkau jauhkan aku dari sisimu”.
Analisis pada syair di atas, kita dapat mengetahui.
ويوم دخلت الخدر خدر عنيزة ¤ فقالت لك الويلات إنك مرجلى
تقول وقد مال الغبيط بنا معا ¤ عقرت بعيرى يا امرأ القيس فانزل
فقلت لها سيرى وارخى زمامه ¤ ولا تبعدينى
"Suatu hari
ketika aku sedang masuk ke dalam Haudat kekasihnya Unaizah, maka Unaizah
berkata kepadaku: "Celakalah kamu, jangan kamu beratkan untaku".
"Ketika punggung untanya agak condong ke bawah (karena berat), maka ia berkata kepadaku: "Turunlah hai Umru al-Qais, janganlah kamu ganggu jalan untaku ini".
"Di saat itu, kukatakan kepadanya: "Teruskanlah perjalananmu dan lepaskanlah tali kekangnya, janganlah engkau jauhkan aku dari sisimu".
Analisis pada syair di atas, kita dapat mengetahui bagaimana cara Umrul Qais menggoda Unaizah kekasihnya dengan secara tiba-tiba menaiki unta yang sedang ditunggangi Unaizah. Ketika itu kekasihnya enggan satu tunggangan dengan Umrul Qais maka ia menyuruh Qais untuk turun dari untanya. Akan tetapi Qais tetap berada satu tunggangan dengan Unaizah, kemudian dia berkata "Teruskanlah perjalananmu dan lepaskanlah tali kekangnya, janganlah engkau jauhkan aku dari sisimu" . Bait dalam syair ini dapat kita simpulkan Umrul Qais begitu romantis, yang senantiasa ingin selalu berada bersama kekasihnya. cara seperti itulah yang amat digemari penyair Arab untuk membuka kasidahnya untuk menarik perhatian orang. Selain itu, penyair ini juga mensifati kecantikan kekasihnya, Unaizah, seperti dalam bait puisi di bawah ini:
فلمّا اجزنا ساحة الحىّ وانتحى ¤ بنا بطن خبت ذى حقاف عقنقل
هصرت بفودى رأسها فتمايلت ¤ على هضيم الكشح ريّا المخلخل
مهفهفة بيضاء غير مفاضة ¤ ترائبها مصقولة كالسّجنجل
وجيد كجيد الرئم ليس بفاحش ¤ اذا هي نصته ولا بمتعطل
وفرع يزين المتن اسود فاحم ¤ انيث كقنو الن
"Ketika punggung untanya agak condong ke bawah (karena berat), maka ia berkata kepadaku: "Turunlah hai Umru al-Qais, janganlah kamu ganggu jalan untaku ini".
"Di saat itu, kukatakan kepadanya: "Teruskanlah perjalananmu dan lepaskanlah tali kekangnya, janganlah engkau jauhkan aku dari sisimu".
Analisis pada syair di atas, kita dapat mengetahui bagaimana cara Umrul Qais menggoda Unaizah kekasihnya dengan secara tiba-tiba menaiki unta yang sedang ditunggangi Unaizah. Ketika itu kekasihnya enggan satu tunggangan dengan Umrul Qais maka ia menyuruh Qais untuk turun dari untanya. Akan tetapi Qais tetap berada satu tunggangan dengan Unaizah, kemudian dia berkata "Teruskanlah perjalananmu dan lepaskanlah tali kekangnya, janganlah engkau jauhkan aku dari sisimu" . Bait dalam syair ini dapat kita simpulkan Umrul Qais begitu romantis, yang senantiasa ingin selalu berada bersama kekasihnya. cara seperti itulah yang amat digemari penyair Arab untuk membuka kasidahnya untuk menarik perhatian orang. Selain itu, penyair ini juga mensifati kecantikan kekasihnya, Unaizah, seperti dalam bait puisi di bawah ini:
فلمّا اجزنا ساحة الحىّ وانتحى ¤ بنا بطن خبت ذى حقاف عقنقل
هصرت بفودى رأسها فتمايلت ¤ على هضيم الكشح ريّا المخلخل
مهفهفة بيضاء غير مفاضة ¤ ترائبها مصقولة كالسّجنجل
وجيد كجيد الرئم ليس بفاحش ¤ اذا هي نصته ولا بمتعطل
وفرع يزين المتن اسود فاحم ¤ انيث كقنو الن
"Ketika kami berdua telah melewati perkampungan, dan sampai di
tempat yang aman dari intaian orang kampung. "Maka kutarik dirinya
sehingga ia dapat merapat kepadaku, perutnya ramping dan dadanya putih bagaikan kaca". "Lehernya jenjang bak leher kijangi, jika dipanjangkan
tidak bercacat sedikit pun, karena lehernya dipenuhi kalung permata". "Rambutnya
yang panjang dan hitam bila terurai di bahunya bagaikan mayang korma". Pada bait puisi di atas Umru' al-Qais menggambarkan kecantikan
kekasihnya dengan mengumpamakannya seperti seekor kijang yang panjang lehernya,
karena seorang wanita yang panjang lehernya, menandakan sebagai seorang wanita
yang cantik. Dengan gayanya yang khas tersebut dan gambaran yang seindah itu tidak
dapat terlukiskan, kecuali bagi orang yang mempunyai daya khayal yang tinggi,
ditambah dengan pengalaman yang luas, sehingga dengan itu semua ia dapat
melukiskan sesuatu dengan berbagai macam perumpamaan dan sepertinya benar-benar terjadi.
Orang yang mempelajari puisi karya Umru' al-Qais dengan mendalam, maka akan ditemukan bahwa keindahan penyair ini terletak pada caranya yang halus dalam puisi ghazal-nya. Ditambah dengan gaya isti'arah (kata-kata kiasan dan perumpamaan). Sehingga banyak yang beranggapan bahwa ialah orang pertama yang menciptakan perumpamaan dalam puisi Arab. Walaupun pemakaian kata-kata kiasan, pengibaran dengan alam, dan simbolisasinya, tidak hanya didominasi oleh puisi-puisi Umru' al-Qais, tetapi dilakukan juga oleh para penyair lain. Akan tetapi, para ahli puisi Arab, berpendapat bahwa ialah orang yang pertama kali menciptakan puisi-puisi kontoversial pada zamannya, dan tidak jarang kata-kata yang bernada sinisme juga dipakai oleh Umu al-Qais dalam puisi-puisinya.
Terkadang ia juga berkata vulgar yang mengarah ke pornografi dalam ungkapan-ungkapan komparasi dan pembicaraannya mengenai wanita. Tercium pula aroma kecerdasan dan kepiawaiannya, serta tersirat pula indikasi-indikasi kepemimpinannya. Hal itu diantaranya terdapat dalam kata-katanya di bawah ini:
Orang yang mempelajari puisi karya Umru' al-Qais dengan mendalam, maka akan ditemukan bahwa keindahan penyair ini terletak pada caranya yang halus dalam puisi ghazal-nya. Ditambah dengan gaya isti'arah (kata-kata kiasan dan perumpamaan). Sehingga banyak yang beranggapan bahwa ialah orang pertama yang menciptakan perumpamaan dalam puisi Arab. Walaupun pemakaian kata-kata kiasan, pengibaran dengan alam, dan simbolisasinya, tidak hanya didominasi oleh puisi-puisi Umru' al-Qais, tetapi dilakukan juga oleh para penyair lain. Akan tetapi, para ahli puisi Arab, berpendapat bahwa ialah orang yang pertama kali menciptakan puisi-puisi kontoversial pada zamannya, dan tidak jarang kata-kata yang bernada sinisme juga dipakai oleh Umu al-Qais dalam puisi-puisinya.
Terkadang ia juga berkata vulgar yang mengarah ke pornografi dalam ungkapan-ungkapan komparasi dan pembicaraannya mengenai wanita. Tercium pula aroma kecerdasan dan kepiawaiannya, serta tersirat pula indikasi-indikasi kepemimpinannya. Hal itu diantaranya terdapat dalam kata-katanya di bawah ini:
فظل العذرى يرتمين بلحمه ¤ وشحم كهداب الدمقس المفتل
وظل طهاة اللحم من بين منضج ¤ صفيف شواء أو قدير معجل
"Gadis-gadis itu terus melahap dagingnya dan lemaknya bagaikan kain sutra putih"
"Mereka terus memasak daging antara yang matang dengan dipanggang, dan ada yang direbus setengah matang". Contoh lain yang menunjukkan kemahiran penyair ini dalam menggambarkan suatu kejadian dengan gayanya yang khas sehingga bayangan yang ada benar-benar terjadi. Seperti kesusahan yang dialaminya pada malam hari, seperti dibawah ini:
وليل كموج البحر مرخ سدوله ¤ عليّ بأنواع الهموم ليبتلى
فقلت له لمـّا تمطّى بصلبه ¤ واردف اعجازا وناء بكلكل
الا ايّها اللّيل الطويل الا انجلى ¤ بصبح وما الإصباح منك بأمثل
"Di kala gelap malam bagaikan badai laut yang tengah
meliputiku dengan berbagai macam keresahan untuk mengujiku (kesabaranku)".
"Di kala malam itu tengah memanjangkan waktunya, maka aku katakan
padanya".
"Hai malam yang panjang, gerangan apakah yang menghalangimu untuk berganti dengan pagi hari? Ya walaupun pagi itu pun belum tentu akan sebaik kamu".
Pada bait-bait puisi di atas, sebenarnya penyair ini ingin mengutarakan betapa malang nasibnya. Di mana keresahan hatinya akan bertambah susah bila malam hari tiba. Karena saat itu ia merasa seolah-olah malam itu sangat panjang sekali. Sehingga ia mengharapakan waktu pagi segera tiba, agar keresahannya dapat berkurang, namun sayang sekali keresahannya itu tidak juga berkurang walaupun pagi hari telah tiba. Puisi di atas, tidak lain merupakan contoh dari kepandaian Umru' al-Qais dalam menggambarkan suatu keadaan. Sehingga seolah-olah itu benar-benar terjadi. Bait puisinya terkumpul semuanya dalam kasidah mu'allaqat-nya. Mu'allaqat Umru' al-Qais sangat terkenal dikalangan setiap orang yang mempelajari kesusastraan Arab. Penyair ini menciptakan kasidah muallaqadnya tidak lain adalah untuk mengabadikan suatu kejadian yang dialaminya. Seperti kejadian yang dialaminya besama sang kekasih Unaizah.
Pada suatu ketika Umru' al-Qais ingin bertemu kekasihnya, namun keinginannya itu selalu dihalangi oleh pamannya, karena ia takut anak puterinya itu akan terbujuk dengan puisi Umru' al-Qais. Karena itulah, Umru' al-Qais berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan kesempatan agar dapat bertemu dengan anak pamannya yang bernama Unaizah. Dan pada suatu ketika, ia berhasil bertemu dengan Unaizah dan bersepakat bertemu dalam kesempatan lain bila anggota kabilahnya sedang pergi mengambil air. Dan telah menjadi kebiasaan kabilah itu, bila hendak mengambil air kaum lelaki berjalan terlebih dahulu, kemudian barulah diikuti kaum wanita dari belakang. Sewaktu kaum lelaki pergi ke mata air, Umru' al-Qais tidak keluar bersama mereka, bahkan penyair ini menunggu keberangkatan kaum wanita.
"Hai malam yang panjang, gerangan apakah yang menghalangimu untuk berganti dengan pagi hari? Ya walaupun pagi itu pun belum tentu akan sebaik kamu".
Pada bait-bait puisi di atas, sebenarnya penyair ini ingin mengutarakan betapa malang nasibnya. Di mana keresahan hatinya akan bertambah susah bila malam hari tiba. Karena saat itu ia merasa seolah-olah malam itu sangat panjang sekali. Sehingga ia mengharapakan waktu pagi segera tiba, agar keresahannya dapat berkurang, namun sayang sekali keresahannya itu tidak juga berkurang walaupun pagi hari telah tiba. Puisi di atas, tidak lain merupakan contoh dari kepandaian Umru' al-Qais dalam menggambarkan suatu keadaan. Sehingga seolah-olah itu benar-benar terjadi. Bait puisinya terkumpul semuanya dalam kasidah mu'allaqat-nya. Mu'allaqat Umru' al-Qais sangat terkenal dikalangan setiap orang yang mempelajari kesusastraan Arab. Penyair ini menciptakan kasidah muallaqadnya tidak lain adalah untuk mengabadikan suatu kejadian yang dialaminya. Seperti kejadian yang dialaminya besama sang kekasih Unaizah.
Pada suatu ketika Umru' al-Qais ingin bertemu kekasihnya, namun keinginannya itu selalu dihalangi oleh pamannya, karena ia takut anak puterinya itu akan terbujuk dengan puisi Umru' al-Qais. Karena itulah, Umru' al-Qais berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan kesempatan agar dapat bertemu dengan anak pamannya yang bernama Unaizah. Dan pada suatu ketika, ia berhasil bertemu dengan Unaizah dan bersepakat bertemu dalam kesempatan lain bila anggota kabilahnya sedang pergi mengambil air. Dan telah menjadi kebiasaan kabilah itu, bila hendak mengambil air kaum lelaki berjalan terlebih dahulu, kemudian barulah diikuti kaum wanita dari belakang. Sewaktu kaum lelaki pergi ke mata air, Umru' al-Qais tidak keluar bersama mereka, bahkan penyair ini menunggu keberangkatan kaum wanita.
Dan
ketika kaum wanita keluar menuju mata air, maka Umru' al-Qais keluar mendahului
mereka agar dapat sampai lebih dahulu. Sesampainya di mata air yang bernama
Juljul yang terletak di daerah Kindah (Nejed), penyair ini langsung bersembunyi
di balik batu yang tidak terlalu jauh dari tempat itu.
Ketika rombongan wanita yang di dalamnya terdapat kekasihnya tiba di mata air Juljul, maka mereka langsung menanggalkan pakaiannya masing-masing, dan meletakkannya di atas batu. Setelah mereka masuk ke dalam air, maka Umru' al-Qais yang tengah asyik memperhatikan dari balik batu, langsung mengambil pakaian mereka semua, dan berjanji tidak mengembalikannya kecuali bila mereka keluar dari mata air itu dengan keadaan telanjang bulat. Melihat kejadian itu, semua kaum wanita terkejut dan meminta Umru' al-Qais untuk mengembalikan pakaian mereka. Namun Umru' al-Qais tetap bersikeras tidak mengembalikan pakaian mereka bila mereka tidak mau keluar dalam keadaan telanjang bulat.
Akhirnya, dengan keadaan terpaksa kaum wanita itu keluar dari mata air Juljul dalam keadaan telanjang bulat untuk mengambil pakaian mereka dari tangan Umru' al-Qais, tetapi hanya Unaizah yang tidak mau keluar dari mata air, dan ia meminta Umru' al-Qais untuk mengembalikan pakaiannya. Setelah ia mengetahui bahwa Umru' al-Qais tidak akan mengembalikan pakaiannya, maka dengan terpaksa Unaizah keluar dari mata air dengan keadaan telanjang dan meminta Umru' al-Qais untuk mengembalikan pakaiannya.
Ketika rombongan wanita yang di dalamnya terdapat kekasihnya tiba di mata air Juljul, maka mereka langsung menanggalkan pakaiannya masing-masing, dan meletakkannya di atas batu. Setelah mereka masuk ke dalam air, maka Umru' al-Qais yang tengah asyik memperhatikan dari balik batu, langsung mengambil pakaian mereka semua, dan berjanji tidak mengembalikannya kecuali bila mereka keluar dari mata air itu dengan keadaan telanjang bulat. Melihat kejadian itu, semua kaum wanita terkejut dan meminta Umru' al-Qais untuk mengembalikan pakaian mereka. Namun Umru' al-Qais tetap bersikeras tidak mengembalikan pakaian mereka bila mereka tidak mau keluar dalam keadaan telanjang bulat.
Akhirnya, dengan keadaan terpaksa kaum wanita itu keluar dari mata air Juljul dalam keadaan telanjang bulat untuk mengambil pakaian mereka dari tangan Umru' al-Qais, tetapi hanya Unaizah yang tidak mau keluar dari mata air, dan ia meminta Umru' al-Qais untuk mengembalikan pakaiannya. Setelah ia mengetahui bahwa Umru' al-Qais tidak akan mengembalikan pakaiannya, maka dengan terpaksa Unaizah keluar dari mata air dengan keadaan telanjang dan meminta Umru' al-Qais untuk mengembalikan pakaiannya.
أرى الموتً يعتام الكرام ويصطفي ¤ عقيلة مال الفاحش المتشدِّد
أرى العيش كنزاً ناقصاً كل ليلةٍ ¤ وما تَنقُصِ الأيّامُ والدّهرُ يَنفَدِ
لعمرُكَ إنَّ الموتَ ما أخطأ الفتى ¤ لَكالطِّوَلِ المُرخى وثِنياهُ باليَدِ
Aku melihat maut memilih orang-orang terhormat dan memilih
orang-orang yang mulia yang hartanya di dapat dengan melakukan tindakan keji
Aku melihat hidup ini adalah tabungan simpanan yang selalu berkurang setiap malam, dan apa-apa yang berkurang karena masa dan hari-hari pasti akan binasa
Demi tuhan pemberi nyawa sesungguhnya kematian tidak akan pernah luput dalam mencabut nyawa, sungguh dia bagaikan tali pengikat binatang yang salah satu ujungnya di genggaman
BAB III
Aku melihat hidup ini adalah tabungan simpanan yang selalu berkurang setiap malam, dan apa-apa yang berkurang karena masa dan hari-hari pasti akan binasa
Demi tuhan pemberi nyawa sesungguhnya kematian tidak akan pernah luput dalam mencabut nyawa, sungguh dia bagaikan tali pengikat binatang yang salah satu ujungnya di genggaman
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Imru'u al Quais, Ibn Hujr Al-Kindi atau yang biasa kita sebut Ameru
Al-Qays adalah seorang penyair Arab abad ke 6 seoarang pengarang muqallat
antologi para islam bahasa arab kesusastraan dia adalah anak laki-laki dari
dari Hujr raja terakhir kaidar Ameru
Al-Qays yang berkuasa di Yaman dilahirkan sekitas tahun 501 dan meninggal pada
tahun 544 ibunya bernama Fatmah Bin’t Rabia’ah
Syair-syair Amr’ Al- Qais banyak menyandarkan pada kekuatan
daya khayal. Sehingga sebagian besar para penyair arab menjulukinya
dengan Al-Malik Ad Dhalil (raja dari segala raja penyair). Amr’ Al- Qais
dianggap orang pertama yang menciptakan cara menarik perhatian dengan cara
mengajak orang untuk berhenti pada puing reruntuhan bekas rumah kekasihnya
(tempat yang berhubungan dengan kisah cinta) sekedar mengenang masa indah yang
telah berlalu akan cintanya. Keistimewaan dan keindahan kata-kata yang digunakan
dalam kumpulan puisi (diwan) Amr’ Al- Qais tersebut berada dalam ruang
lingkup bahasan ilmu balâghah. Balâghah adalah ilmu yang
memfokuskan pada pengolahan makna yang tinggi dan jelas, dengan disertai
ungkapan yang benar dan fashih dari pembicara yang kemudian memberikan kesan
yang mendalam di dalam jiwa dan sesuai dengan situasi dan kondisi
orang-orang yang diajak bicara.
DAFTAR PUSTAKA
adingyakuza.blogspot.com/2012/04/proposal-skripsi-sastra-arab.html
destiarya.blogspot.com/2011/05/biografi-sastrawan-arab-jahiliyah.html
0 Comments